Minggu, 26 Juni 2011

laporan tetap ekologi pertanian (suksesi tumbuhan)


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Suksesi tumbuhan adalah penggantian suatu komunitas tumbuh-tumbuhan oleh yang lain. Hal ini dapat terjadi pada tahap integrasi lambat ketika tempat tumbuh mula-mula sangat keras sehingga sedikit tumbuhan dapat tumbuh diatasnya, atau suksesi tersebut dapat terjadi sangat cepat ketika suatu komunitas dirusak oleh suatu faktor seperti api, banjir, atau epidemi serangga dan diganti oleh yang lain (Daniel, et al, 1992).
Perubahan bersifat kontinu, rentetan suatu perkembangan komunitas yang merupakan suatu sera dan mengarah ke suatu keadaan yang mantap (stabil) dan permanen yang disebut klimaks. Tansley (1920) mendefinisikan suksesi sebagai perubahan tahap demi tahap yang terjadi dalam vegetasi pada suatu kecendrungan daerah pada permukaan bumi dari suatu populasi berganti dengan yang lain. Clements (1916) membedakan enam sub-komponen : (a) nudation; (b) migrasi; (c) excesis; (d) kompetisi; (e) reaksi; (f) final stabilisasi, klimaks. Uraian Clements mengenai suksesi masih tetap berlaku. Bagaimanapun sesuatu mungkin menekankan subproses yang lain, contohnya perubahan angka dalam populasi merubah bentuk hidup integrasi atau perubahan dari genetik adaptasi populasi dalam aliran evolusi.
Suksesi sebagai suatu studi orientasi yang memperhatikan semua perubahan dalam vegetasi yang terjadi pada habitat sama dalam suatu perjalanan waktu (Mueller-Dombois and Ellenberg, 1974). Selanjutnya dikatakan bahwa suksesi ada dua tipe, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder. Perbedaaan dua tipe suksesi ini terletak pada kondisi habitat awal proses suksesi terjadi. Suksesi primer terjadi bila komunitas asal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal, terbentuk habitat baru. Suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas atau ekosistem alami terganggu baik secara alami atau buatan dan gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada.
Laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies berlangsung dengan cepat pada fase awal suksesi, kemudian menurun pada perkembangan berikutnya. Kondisi yang membatasi laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies pada tahap berikutnya adalah faktor lingkungan yang kurang cocok untuk mendukung kelangsungan hidup permudaan jenis-jenis tertentu. (Marsono dan Sastrosumarto, 1981). Soerianegara dan Indrawan (1988) menyebutkan dalam pembentukan klimaks terjadi 2 perbedaan pendapat yakni; paham monoklimaks dan paham polylimaks. Paham monoklimaks beranggapan bahwa pada suatu daerah iklim hanya ada satu macam klimaks, yaitu formasi atau vegetasi klimaks iklim saja. Ini berarti klimaks merupakan pencerminan keadaan iklim, karena iklim merupakan faktor yang paling stabil dan berpengaruh.
Paham polyklimaks mempunyai anggapan bahwa tidak hanya faktor iklim saja, seperti sinar matahari, suhu udara, kelembaban udara dan presipitasi, yang dapat menimbulkan suatu klimaks. Penganut paham ini sebaliknya berpendapat bahwa ada faktor lain yang juga dapat menyebabkan terjadinya klimaks, yaitu edafis dan biotis. Faktor edafis timbul karena pengaruh tanah seperti komposisi tanah, kelembaban tanah, suhu tanah dan keadaan air tanah. Sedangkan biotis adalah faktor yang disebabkan oleh manusia atau hewan, misalnya padang rumput dan sabana tropika.
Suksesi merupakan adanya modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem klimaks atau telah tercapai keadaan seimbang (homeostatis). Di alam ini terdapat dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.

B.       Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui proses suksesi alami dari lahan yang sudah ditentukan.


BAB II
TINAJAUAN PUSTAKA
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam komunitas dapat dengan mudah diamati dan seringkali perubahan itu berupa pergantian satu komunitas oleh komunitas lain. Dapat kita lihat misalnya pada sebidang kebun jagung yang setelah panen ditinggal dan tidak ditanami lagi. Disitu akan bermunculan berbagai jenis tumbuhan gulma yang membentuk komunitas. Apabila lahan itu dibiarkan cukup lama, dalam komunitas yang terbentuk dari waktu ke waktu akan terjadi pergantian komposisi jenis. Bila kita amati dalam urun waktu tertentu akan terlihat bahwa komunitas yang terbentuk pada akhir kurun waktu tersebut akan berbeda, baik komposisi jenis maupun strukturnya, dengan komunitas yang terbentuk pada awal pengamatan. Pada masa awal dapat saja komunitas yang terbentuk tersusun oleh tumbuhan terna (seperti badotan, rumput pahit, rumput teki, dan sebagainya). Tetapi beberapa tahun kemudian di tempat yang sama, yang terlihat adalah komunitas yang sebagian besar tersusun oleh tumbuhan perdu dan pohon (seperti kirinyu, senduduk, laban, dan sebagainya), atau dapat pula hanya terdiri atas alang-alang. Bila tidak terjadi gangguan apapun selama proses tersebut berjalan akan terlihat bahwa perubahan itu berlangsung ke satu arah.
Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah mencapai homeostatis. Ini dapat diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan internalnya sebagai akibat dari tanggap (response) yang terkoordinasi dari komponen-komponennya terhadap setiap kondisi atau rangsangan yang cenderung mengganggu kondisi atau fungsi normal komunitas. Jadi bila suatu komunitas telah mencapai klimaks, perubahan yang searah tidak terjadi lagi, meskipun perubahan-perubahan internal yang diperlukan untuk mempertahankan kehadiran komunitas berlangsung secara sinambung
Suksesi merupakan adanya modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem klimaks atau telah tercapai keadaan seimbang (homeostatis). Di alam ini terdapat dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.
Dalam suksesi dikenal suksesi primer dan suksesi sekunder. Perbedaan antara dua macam suksesi ini terletak pada kondisi habitat pada awal proses suksesi terjadi.
Ø  Suksesi Primer
Suksesi primer terjadi bila komunitas asal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal terbentuk habitat baru. Gangguan ini dapat terjadi secara alami, misalnya tanah longsor, letusan gunung berapi, endapan Lumpur yang baru di muara sungai, dan endapan pasir di pantai. Gangguan dapat pula karena perbuatan manusia misalnya penambangan timah, batubara, dan minyak bumi.
Contoh yang terdapat di Indonesia adalah terbentuknya suksesi di Gunung Krakatau yang pernah meletus pada tahun 1883. Di daerah bekas letusan gunung Krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (liken) serta tumbuhan lumut yang tahan terhadap penyinaran matahari dan kekeringan. Tumbuhan perintis itu mulai mengadakan pelapukan pada daerah permukaan lahan, sehingga terbentuk tanah sederhana. Bila tumbuhan perintis mati maka akan mengundang datangnya pengurai. Zat yang terbentuk karma aktivitas penguraian bercampur dengan hasil pelapukan lahan membentuk tanah yang lebih kompleks susunannya. Dengan adanya tanah ini, biji yang datang dari luar daerah dapat tumbuh dengan subur. Kemudian rumput yang tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan itu tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan tanaman pioner dengan menaunginya. Kondisi demikian tidak menjadikan pioner subur tapi sebaliknya.
Sementara itu, rumput dan belukar dengan akarnya yang kuat terns mengadakan pelapukan lahan.Bagian tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur sehingga keadaan tanah menjadi lebih tebal. Kemudian semak tumbuh. Tumbuhan semak menaungi rumput dan belukar maka terjadilah kompetisi. Lama kelamaan semak menjadi dominan kemudian pohon mendesak tumbuhan belukar sehingga terbentuklah hutan. Saat itulah ekosistem disebut mencapai kesetimbangan atau dikatakan ekosistem mencapai klimaks, yakni perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak mengubah ekosistem itu.
Ø  Suksesi Sekunder
Suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas mengalami gangguan, balk secara alami maupun buatan. Gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada. Contohnya, gangguan alami misalnya banjir, gelombang taut, kebakaran, angin kencang, dan gangguan buatan seperti penebangan hutan dan pembakaran padang rumput dengan sengaja.
Contoh komunitas yang menimbulkan suksesi di Indonesia antara lain tegalan-tegalan, padang alang-alang, belukar bekas ladang, dan kebun karet yang ditinggalkan tak teruru
Gangguan yang menyebabkan terjadinya suksesi sekunder dapat berasal dari peristiwa alami atau akibat kegiatan manusia. Gangguan alami misalnya angin topan, erosi, banjir, kebakaran, pohon besar yang tumbang, aktivitas vulkanik, dan kekeringan hutan. Gangguan yang disebabkan oleh kegiatan manusia contohnya adalah pembukaan areal hutan.
Proses suksesi sangat terkait dengan faktor lingkungan, seperti letak lintang, iklim, dan tanah. Linkungan sangat menentukan pembentukan struktur komonitas klimaks. Misalnya, jika proses suksesi berlangsung di daerah beriklim kering, maka proses tersebut akan terhenti (klimaks) pada tahap komunitas rumput; jika berlangsung di daerah beriklim dingin dan basa, maka proses suksesi akan terhenti pada komunitas (hutan) conifer; serta jika berlangsung di daerah beriklim hangat dan basah, maka kegiatan yang sama akan terhenti pada hutan hujan tropik.
Kecepatan proses suksesi dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
a.         Luas komunitas asal yang rusak karena gangguan.
b.        Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu.
c.         Kehadiran pemencar benih.
d.        Iklim, terutama arah dan kecepatan angina yang membantu penyebaran biji, sporam dan benih serta curah hujan.
e.         Jenis substrat baru yang terbentuk
f.         Sifat - sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.
Clements (1974) membedakan 5 sub komponen dalam proses suksesi, yaitu:
a.         Nudasi            :  terbukanya lahan, bersih dari vegetasi
b.        Migrasi            :  tersebarnya biji
c.         Kompetisi       :  adanya pergantian spesies
d.        Reaksi             :  perubahan habitat karena aktivitas spesies
e.         Klimaks           :  komunitas stabil
Suksesi merupakan proses yang menyeluruh dan kompleks dengan adanya permulaan, perkembangan dan akhirnya mencapai kestabilan pada fase klimaks. Klimaks merupakan fase kematangan yang final, stabil memelihara diri dan berproduksi sendiri dari suatu perkembangan vegetasi dalam suatu iklim
Beberapa ahli mengatakan bahwa proses suksesi selalu progresif artinya selalu mengalami kemajuan, sehingga membawa pengertian ke dua hal:
1.        Pergantian progresif pada kondisi tanah (habitat) yang biasanya pergantian itu dari habitat yang ekstrim ke optimum untuk pertumbuhan vegetasi.
2.        Pergantian progresif dalam bentuk pertumbuhan (life form).
Namun demikian perubahan-perubahan vegetasi tersebut bisa mencakup hilangnya jenis-jenis tertentu dan dapat pula suatu penurunan kompleksitas struktural sebagai akibat dari degradasi setempat. Keadaan seperti itu mungkin saja terjadi misalnya hilangnya mineral dalam tanah. Perubahan vegetasi seperti itu dapat dikatakan sebagai suksesi retrogresif atau regresi (suksesi yang mengalami kemunduran).



BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A.      Waktu dan  Tempat
Pelaksanaan praktikum ini dilaksanakan pada hari rabu pukul 08.00 sampai dengan pukul 10.00 WIB dan dilakukan di lahan milik jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

B.       Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1.        Parang
2.        Cangkul
3.        Tali Rapiah
4.        Tabel pengamatan
5.        Patok kayu

C.      Cara Kerja
1.        Bersihkan lahan garapan dengan cangkul dari rumput dan tumbuhan lain yang ada seluas 25 m2
2.        Bagi lahan tersebut menjadi petak kecil yang berukuran 1 x 1 m2 dengan menggunakan meteran dan dibatasi oleh tali rafiah. Selanjutnya biarkan petak tersebut selama satu minggu
3.        Setelah satu minggu, amati jenis tumbuhan yang tumbuh pada  masing-masing petak 1 x 1 m2 dan catat jumlahnya, serta tinggi masing-masing tumbuhan
4.        Pengamatan dilakukan terus setiap minggu hingga minggu ke 8
5.        Catat perubahan komposisi tumbuhan tersebut dan bandingkan hasil pengamtatan setiap minggu

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
Tabel hasil pengamatan suksesi tumbuhan :
a.         Minggu ke-1
Petak
Jumlah dan tinggi gulma
Belimbing tanah
Gelaga
Teki
Croton hirtus
Borreria alata
1
-
-
-
-
-
2
-
-
-
-
-
3
-
-
-
-
-
4
-
-
-
-
-
5
-
-
-
-
-
6
-
-
-
-
-
7
-
-
-

-
8
-
-
-
-
-
9
-
-
-
-
-
10
-
-
-
-
-
11
-
-
-
-
-
12
-
-
-
-
-
13
-
-
-
-
-
14
-
-
-
-
-
15
-
-
-
-
-
16
-
-
-
-
-
17
-
-
-
-
-
18
-
-
-
-
-
19
-
-
-
-
-
20
-
-
-
-
-
21
-
-
-
-
-
22
-
-
-
-
-
23
-
-
-
-
-
24
-
-
-
-
-
25
-
-
-
-
-

b.        Minggu ke-2
Petak
Jumlah dan tinggi gulma
Belimbing tanah
Gelaga
Teki
Croton hirtus
Borreria alata
1
-
-
5 ( 0,2 cm )
-
3( 1,5 cm )
2
-
-
-
1 ( 0,5 cm )
6( 1 cm )
3
-
-
1 ( 0,2 cm )
-
7 ( 1,2 cm )
4
-
-
-
3 ( 1,2 cm )
4 ( 1 cm )
5
-
1 ( 1,5 cm )
2 ( 2 cm )
-
10 ( 3 cm )
6
-
3 ( 2,5 cm )
5 ( 2 cm )
-
20 (1,5 cm )
7
-
4 ( 1,8 cm )
5 ( 3 cm )
-
12 (12,5 cm )
8
-
6 ( 4 cm )
-
-
12 (5 cm )
9
-
6 ( 1,5 cm )
-
9 ( 2,3 cm )
7 ( 2 cm )
10
6 ( 1,7 cm )
5 ( 1,5 cm )
-
-
-
11
4 ( 2 cm )
6 ( 3 cm )
5 ( 2 cm )
-
28 ( 2,5 cm )
12
11 ( 5 cm )
10 ( 2 cm )
-
-
19 ( 1,5 cm )
13
7 ( 2 cm )
6 ( 2 cm )
-
8 ( 4 cm )
28 (4 cm )
14
3 ( 1 cm )
2 ( 2 cm )
-
4 ( 0,4 cm )
27 ( 2 cm )
15
-
5 ( 2 cm )
-
6 ( 1 cm )
8 ( 1,7 cm )
16
-
7 ( 3 cm )
-
9 ( 1 cm )
29 ( 2 cm )
17
-
-
7 ( 1 cm )
16 ( 2,5 cm )
8 ( 1,3 cm )
18
8 ( 2 cm )
4 ( 0,3 cm )
-
6 ( 1 cm )
9 ( 0,5 cm )
19
20 ( 2 cm )
-
9 ( 1 cm )
7 ( 1,9 cm )
-
20
-
16 ( 2 cm )
-
-
30( 1,5 cm )
21
10 ( 2 cm )
15 ( 1 cm )
-
-
-
22
-
-
3 ( 0,5 cm )
7 ( 0,8 cm )
25 ( 3cm )
23
-
7 ( 1 cm )
-
15(0,3 cm)
10( 0,1 cm )
24
-
8 ( 2,5 cm )
-
10(0,5cm)
27 ( 1,5 cm )
25
-
-
-
10( 0,5 cm )
30 ( 0,3 cm )

c.         Minggu ke-3
Petak
Jumlah dan tinggi gulma
Belimbing tanah
Gelaga
Teki
Croton hirtus
Borreria alata
1
-
-
5 ( 3,5 cm )
-
3(3 cm )
2
-
-
-
1 ( 2cm )
6 ( 3,5 cm 0
3
-
-
1 ( 0,5 cm )
-
7 ( 2,5 cm)
4
-
-
-
3 ( 2,5 cm )
4 (3 cm )
5
-
1 (3 cm )
2 ( 5,5 cm )
-
15 ( 7 cm )
6
-
7 ( 8 cm )
9 ( 5 cm )
-
45 ( 3,5 cm )
7
-
9 ( 7 cm )
9 ( 5,5 cm )
-
22(4,5cm)
8
-
8 ( 8 cm )
-
-
19(9,5 cm )
9
-
8 ( 3,5 cm )
-
15 (6,5 cm )
9 ( 5 cm )
10
8 ( 4 cm )
7 ( 3,5 cm )
-
-
-
11
6 ( 5 cm )
8 ( 6,5 cm )
7 ( 5,5 cm )
-
50 ( 5 cm )
12
14 ( 7 cm )
13 ( 5 cm )
-
-
24 (3,5 cm )
13
8 ( 3,5 cm )
6 ( 4 cm )
-
10(6 cm )
33(4 cm )
14
3 ( 3,5 cm )
4 ( 5 cm )
-
6 (1 cm )
9 (3,5 cm )
15
-
6 ( 4 cm )
-
6 ( 1,5 cm )
44(2,5 cm )
16
-
9 ( 7 cm )
-
20 (7cm )
11( 2,5 cm )
17
-
-
10 ( 2,5 cm )
21( 7,5cm )
10(1,5 cm )
18
10 ( 4 cm )
5 ( 2 cm )
-
8 (3 cm )
-
19
33( 4,5 cm )
-
12( 2 cm )
8 ( 4 cm )
60(3,5cm )
20
-
20 ( 4 cm )
-
-
-
21
12 ( 5 cm )
39 ( 2 cm )
-
-
28 (7cm )
22
-
-
5 (2,5 cm )
9 (2 cm )
12(2,5 cm )
23
-
9 ( 3,5 cm )
-
18 ( 1 cm )
33( 3,5 cm )
24
-
10 ( 6,5 cm )
-
14 ( 2 cm )
46(1 cm )
25
-
-
-
15 (2,5cm )
47( 2 cm )

d.        Minggu ke-4
Petak
Jumlah dan tinggi gulma
Belimbing tanah
Gelaga
Teki
Croton hirtus
Borreria alata
1
-
-
5 ( 4,5 cm )
-
4 ( 4 cm )
2
-
-
-
2 (3 cm )
7 9 4,5 cm )
3
-
-
2( 1 cm )
-
8 ( 3,5 cm 0
4
-
-
-
4 ( 3,5 cm )
5 ( 4 cm )
5
-
2 (5 cm )
2 ( 5,9 cm )
-
16 ( 8 cm )
6
-
8 9 10 cm 0
10 ( 5,5 cm )
-
46 ( 3,9 cm )
7
-
10 ( 8 cm )
10 ( 5,9 cm )
-
25 ( 4,9 cm )
8
-
9 ( 9 cm )
-
-
20 ( 10 cm )
9
-
9 (7 cm )
-
17 ( 7 cm )
10( 6 cm )
10
7 (2 cm )
8 ( 8 cm )
-
-
-
11
5(3 cm )
9 ( 5 cm )
8 ( 6,5 cm )
-
60 ( 6 cm )
12
11 (6 cm )
14 ( 4 cm )
-
11( 7 cm )
25 ( 4,5 cm )
13
8 ( 3 cm )
7 ( 6 cm )
-
8 ( 1,5 cm )
34 ( 8 cm )
14
4 ( 2 cm )
5 (7 cm )
-
8 ( 2 cm )
30 9 5 cm )
15
-
5 ( 7 cm )
-
20 ( 9 cm )
10 ( 4,5 cm )
16
-
7 ( 8 cm )
-
21 ( 9 cm )
46 ( 3 cm )
17
-
10 ( 9 cm )
11 ( 4,2 cm )
9 ( 7 cm )
13 ( 3 cm )
18
11 ( 5 cm )
10 ( 5 cm )
-
9 (5 cm )
11 ( 2 cm )
19
34 ( 5,1 cm )
-
13 ( 3 cm )
-
60 ( 4,5 cm )
20
-
20 ( 6 cm )
-
-
-
21
11 ( 3 cm )
39 ( 5 cm )
-
-
-
22
-
-
6 ( 3,4 cm )
10 ( 3 cm )
29 ( 8 cm )
23
-
9 ( 7,1 cm )
-
20 ( 2 cm )
12 ( 2,9 cm )
24
-
10 ( 8 cm )
-
16 ( 4 cm )
33( 4,5 cm )
25
-
-
-
17 ( 3 cm )
49 ( 2 cm )

e.         Minggu ke-5
Petak
Jumlah dan tinggi gulma
Belimbing tanah
Gelaga
Teki
Croton hirtus
Borreria alata
1
-
-
6 ( 4,5 cm )
-
5 ( 5 cm )
2
-
-
-
2 ( 3 cm )
7 ( 5 cm )
3
-
1 ( 1 cm )
2 ( 1 cm )
-
9 ( 4 cm )
4
-
1 ( 1 cm )
-
4 ( 3,5 cm )
6 ( 5cm )
5
-
3 ( 4 cm )
3 ( 6 cm )
-
17 ( 9 cm )
6
-
9 ( 9 cm )
10 ( 6 cm )
-
47 ( 4 cm )
7
1 ( 1 cm )
11( 8 cm )
10 ( 6 cm )
-
25 ( 6 cm )
8
--
10 (4,5 cm )
-
-
20 ( 10 cm )
9
10 ( 4 cm )
9 ( 2,5 cm )
-
16 ( 7,5 cm )
10 ( 6 cm )
10
7 ( 6 cm )
10 ( 6 cm )
-
-
-
11
15 ( 8 cm )
9 ( 2,5 cm )
7 ( 6 cm )
-
60 ( 6 cm)
12
9 ( 4,5 cm )
10 ( 5 cm )
-
-
28 ( 4 cm )
13
4 ( 3,5 cm )
15 ( 5 cm )
-
11 ( 7 cm )
35 ( 8 cm )
14
-
8 ( 5 cm )
-
7 ( 2 cm )
31 ( 5 cm )
15
-
6 ( 5 cm )
-
9 ( 2 cm )
11 ( 4 cm )
16
-
8 ( 5 cm )
-
21 ( 7,5 cm )
46 ( 3,2 cm )
17
-
11 ( 5 cm )
14 ( 3 cm )
9 ( 4 cm )
13 ( 4,5 cm )
18
11( 5 cm )
-
-
9 ( 5 cm )
11 ( 2 cm )
19
34 ( 5,4 cm )
7 ( 3 cm )
14 ( 3 cm )
-
-
20
-
-
-
-
70 ( 4 cm )
21
12 ( 6 cm )
42 ( 3 cm )
-
10 ( 2 cm )
-
22
-
-
7 ( 4 cm )
20 ( 2 cm )
30 ( 8 cm )
23
-
11 ( 4,5 cm )
-
16 ( 3 cm )
15 ( 3 cm )
24
-
12 ( 6,5 cm )
-
15 ( 3 cm )
35 ( 4 cm )
25
-
-
-
16 ( 2 cm )
48 ( 2 cm )


B.       Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang berjudul suksesi tumbuhan yang dilakukan di lahan Budidaya Pertanian melakukan pengamatan tentang perubahan populasi tanaman yang lahannya sudah dibersihkan terlebih dahulu, apakah ada perubahan dari lahan tersebut dan tanaman apa saja yang tumbuh. Dalam pelaksanaan praktikum ini dibuat petak seluas 5 x 5 m2 kemudian dibuat lagi petakan-petakan kecil dengan ukuran 1 x 1 m2. Setelah dibuat petakan-petakan tersebut diamati apakah ada perubahan yang terjadi, tanaman apa saja yang tumbuh, banyak tanaman yang tumbuh, jenis-jenis tanaman yang tumbuh dan tinggi tanaman. Pengamatan ini dilakukan setelah 1 minggu lahan tersebut dibersihkan dan dibuat petakan-petakan sampai minggu ke delapan.
Setelah dilakukan pengamatan ternyata ada perubahan yang terjadi. Banyak tanaman yang tumbuh dan tanaman tersebut bervariasi. Tanaman yang paling banyak tumbuh yaitu teki atau bisa disebut dengan gulma, walaupun tanaman ini tumbuhnya tidak terlalu besar namun teki sangat mudah tumbuh dijenis tanah apapun sehingga teki lebih banyak tumbuh dibandingkan dengan tanaman-tanaman lain.
Ada perbedaan dari tiap minggu dilakukannya pengamatan. Pada minggu pertama belum terlihat banyak tanaman yang tumbuh, tapi pada minggu kedua sudah banyak jenis tanaman yang tumbuh, salah satu yang mendominasi adalah Borreria alata. Setiap minggu tanaman ini mengalami pertumbuhan yang relative cepat dibanding dengan tanaman yang lain seperti belimbing tanah.
Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah mencapai homeostatis. Ini dapat diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan internalnya sebagai akibat dari tanggap (response) yang terkoordinasi dari komponen-komponennya terhadap setiap kondisi atau rangsangan yang cenderung mengganggu kondisi atau fungsi normal komunitas. Jadi bila suatu komunitas telah mencapai klimaks, perubahan yang searah tidak terjadi lagi, meskipun perubahan-perubahan internal yang diperlukan untuk mempertahankan kehadiran komunitas berlangsung secara sinambung
Organisme individu atau populasi yang terbentuk sebagai kumpulan populasi spesies dalam daerah tertentu, yang membentuk suatu komunitas, suatu komunitas dapat berada dalam berbagai ukuran, misalnya komunitas hutan besar, laut atau komunitas kayu busuk. Para ahli tumbuhan dan hewan memerikan komunitas secara beragam. Semua definisi komunitas memiliki pandangan tertentu secara umum. Ini adalah beberapa spesies hadir dalam daerah yang sama dimungkinkan untuk mengenali satu jenis komunitas karena kelompok spesies yang sama dengan komposisi kurang lebih tetap hadir dalam ruang dan waktu; komunitas cenderung menciptakan kestabilan dinamis. Setiap gangguan cenderung diatur oleh aturan sendiri.
Iklim merupakan faktor penentu dalam proses menuju klimaks. Adakalanya vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks karena beberapa faktor selain iklim, misalnya ada perubahan tipe tanah, dipakai untuk penggembalaan hewan, terbakar, dan lain-lain. Dengan demikian, vegetasi dalam tahap perkembangan yang tidak sempurna ( tahap sebelum klimaks yang sebenarnya ), baik oleh faktor alam atau buatan. Keadaan ini disebut subklimaks. Komunitas tanaman subklimaks akan cenderung untuk mencapai klimaks sebenarnya jika faktor-faktor penghalang atau penghambat di hilangkan.
Laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies berlangsung dengan cepat pada fase awal suksesi, kemudian menurun pada perkembangan berikutnya. Kondisi yang membatasi laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies pada tahap berikutnya adalah faktor lingkungan yang kurang cocok untuk mendukung kelangsungan hidup permudaan jenis-jenis tertentu. (Marsono dan Sastrosumarto, 1981). Soerianegara dan Indrawan (1988) menyebutkan dalam pembentukan klimaks terjadi 2 perbedaan pendapat yakni; paham monoklimaks dan paham polylimaks. Paham monoklimaks beranggapan bahwa pada suatu daerah iklim hanya ada satu macam klimaks, yaitu formasi atau vegetasi klimaks iklim saja. Ini berarti klimaks merupakan pencerminan keadaan iklim, karena iklim merupakan faktor yang paling stabil dan berpengaruh.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.      Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.        Suksesi tumbuhan adalah penggantian suatu komunitas tumbuh-tumbuhan oleh yang lain
2.        Tumbuhan yang pertama tumbuh adalah rumput teki
3.        Perubahan yang terjadi pada lahan garapan sangat jelas
4.        Setiap minggu selalu tejadi perubahan pada lahan garapan yaitu bertambah banyak tanaman yang tumbuh
5.        Tumbuhan yang paling subur tumbuhnya adalah borreria alata

B.       Saran
Alangkah baiknya kalau praktikum itu dilakukan dengan baik dan benar, dan perintahnya harus jelas supaya mahasiswa dapat mengambil data dengan baik guna untuk mempermudah dalam pembuatan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Arianto, 2008. Pengertian Suksesi. (Online) (sobatbaru.blogspot.com/2008/06/pengertian-suksesi.html, diakses 1 Mei 2011)
Anonim. 2000. Suksesi. (Online) (http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0033%20Bio%201-7d.html, diakses 1 Mei 2011)
http://ibmely.blogspot.com/2011/03/suksesi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar